Mengetahui Jejak Sejarah PLTA di Indonesia
Foto: PLTA Tonsealama |
Kelas Teknisi - Tahukah Anda Sejarah PLTA di Indonesia?
Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) merupakan sumber energi ramah lingkungan dengan mekanisme yang relatif sederhana. Pemanfaatan tenaga air sebagai sumber energi telah ada sejak lama. Namun, kapan PLTA pertama kali hadir di Indonesia? Mari telusuri sejarahnya lebih lanjut!
Jejak Sejarah PLTA
Sejatinya, tenaga air telah dimanfaatkan manusia sejak ribuan tahun silam untuk berbagai keperluan. Dalam catatan sejarah, penggunaan kincir air untuk irigasi, pemompaan, dan berbagai fungsi lainnya sudah ditemukan sejak sekitar 300 SM di Yunani.
Pada era Revolusi Industri di Eropa, tenaga air bersama angin menjadi sumber utama energi mekanik yang menggantikan tenaga hewan dalam berbagai aktivitas. Salah satu pencapaian luar biasa dalam pemanfaatan tenaga air terjadi di Istana Versailles, Prancis, pada tahun 1600-an, di mana telah dibangun sistem pembangkit listrik berkapasitas 56 kW.
Secara prinsip, PLTA bekerja dengan mengonversi energi kinetik dari air yang mengalir menjadi energi mekanik melalui turbin, yang kemudian diubah menjadi energi listrik. Air dialirkan melalui kanal atau penstock, yang menyebabkan turbin berputar. Putaran ini menggerakkan poros rotor generator sehingga menghasilkan listrik yang dapat disimpan dalam baterai atau langsung disalurkan untuk memperbaiki kualitas jaringan listrik.
Di Indonesia, sejarah PLTA bermula di Sulawesi Utara, tepatnya di Desa Tonsealama, Kecamatan Tondano Utara, Kabupaten Minahasa. PLTA Tonsealama merupakan pembangkit listrik tenaga air tertua di Indonesia, yang telah berdiri sejak era kolonial Belanda pada tahun 1912.
PLTA Tonsealama memanfaatkan aliran Sungai Tondano sebagai sumber utama penggerak turbin. Air dialirkan melalui saluran masuk atau in-take dam yang terletak di wilayah Tonsealama, Tondano Utara.
Keindahan alam yang masih asri serta berbagai peninggalan sejarah dari masa kolonial Belanda menjadi daya tarik tersendiri bagi para pengunjung yang datang ke PLTA ini. Menariknya, hingga kini PLTA Tonsealama masih berperan sebagai salah satu sumber utama pasokan listrik bagi pelanggan PLN.
Beberapa peninggalan dari era kolonial Belanda dan pendudukan Jepang yang masih dapat ditemukan di PLTA ini antara lain bendungan, terowongan, turbin, serta generator yang telah berusia puluhan tahun.
Meski telah beroperasi lebih dari satu abad, PLTA Tonsealama yang memiliki kapasitas 40 MW tetap berfungsi dengan baik dan terus menyuplai listrik bagi ribuan rumah di Sulawesi Utara.
Pengelolaan PLTA ini berada di bawah PLN Sektor Pembangkitan Minahasa, PLN Wilayah Suluttenggo. PLTA Tonsealama memiliki tiga unit generator yang berperan dalam menyalurkan listrik ke jaringan interkoneksi Sulawesi Utara dan Gorontalo.
Sebagai salah satu PLTA tertua di Indonesia, PLTA Tonsealama tetap berkontribusi dalam menjaga ketersediaan pasokan listrik di Provinsi Sulawesi Utara dan Gorontalo hingga saat ini.